Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Al Qur’an dan Hadits

Secara bahasa didalam al qur’an maupun as sunnah pendidikan diartikan sebagai al tarbiyah, al ta’lim, dan al ta’dib. Kata al tarbiyah dalam mu’jam al lughah al arabiyah al mu’asiroh (A dictionary of modern written arabic), karangan Hans Wehr, al tarbiyah diartikan sebagai pendidikan, pengembangan pengajaran maupun perintah. Kata al tarbiyah berasal dari kata rabba-yarabbu- rabban yang artinya mengasuh, memimpin.

Kata al ta’lim yang jamaknya ta’alim menurut Hans Wehr adalah information (pemberian tentang sesuatu), advice (nasehat), direction (pengarahan), teaching (pengajaran)  sedangkan didalam al qur’an dan as sunnah kata al ta’lim digunakan oleh Alloh untuk memberikan pengajaran nama-nama yang ada di alam raya kepada Nabi Adam As (Q.S Al Baqoroh ayat 31), mengajarkan sesuatu yang belum diketahui manusia (Q.s al baqoroh ayat 239) mengajarkan al hikmah, taurat maupun injil (Q.S Al maidah ayat 110) dan lainnya.

Kata al ta’lim jika didefinisikan dalam arti pengajaran bisa diartikan pemberian pengajaran yang bersifat nonformal sepeti pesantren, majlis ta’lim, taman pendidikan al qur’an atau yang lainnya. Sedangkan kata al ta’dib yang berasal dari kata addaba yuaddibu ta’diban dapat diartikan education (pendidikan) discipline ( disiplin, patuh atau tunduk pada peraturan), punishment (peringatan ataupun hukuman).

Secara istilah menurut hasan langgulung pendidikan adalah :” Suatu Proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik.

Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pengertian anak usia dini adalah individu kecil yang sedang dalam masa pertumbuhan yang sangat pesat baik secara fisik, logika maupun psikologisnya, masa ini juga disebut sebagai golden age atau biasa disebut dengan masa-masa emas, dalam pengertian lain anak usia dini dikategorikan anak yang dalam rentang usia 0-6 tahun.

Pengertian pendidikan anak usia dini perspektif al qur’an dan sunnah  adalah usaha penanaman nilai-nilai atau materi yang paling dasar sebelum ia masuk ke jenjang pendidikan dasar, yang dimulai sejak si anak dalam kandungan kemudian dilahirkan hingga ia berusia 6 tahun, yang materinya tidak hanya meliputi aspek akal saja tetapi juga menyangkut aspek spiritual yang berkaitan dengan hubungannya dengan Tuhannya, hubungannya dengan sesamanya hingga kelak masanya beradaptasi ditengah masyarakat yang memiliki kepribadian insan kamil dalam tuntunan al qur’an dan juga sunnahNya.

Setiap anak yang terlahir kedunia sudah memiliki fitrah, fitrah yang dimaksud disini adalah suci karna setiap anak yang terlahir kedunia belum memiliki dosa apapun bahkan sejak zaman ia diciptakan ia telah mengakui keagungan Tuhannya, kemudian setelah ia dilahirkan orangtuanya lah yang menentukan apakah ia akan mengikuti agama islam, majusi atau kristiani. Dengan kata lain orangtuanya yang bertanggung jawab mengembangkan potensi lahiriyahnya. Sebagaimana hadits Nabi SAW :

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم

ما من مولود إلا يولد على الفطرة فأبواه يهودينه أو ينصرانه أو يمجسنه 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah  SAW bersabda:

“Tidak seorang bayi pun kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Lalu kedua orangtuanyalah yang menjadikan dia Yahudi atau Nashrani atau Majusi (HR. Bukhari Muslim).

Sedangkan menurut imam Al Ghozali dalam kitabnya ihya ulumuddin :” Ash-Shabiy atau anak merupakan amanat di tangan kedua orangtuanya. Hatinya yang bersih merupakan permata yang berharga, lugu dan bebas dari segala macam ukiran dan gambaran. Ukiran berupa kebiasaan berbuat baik akan dapat tumbuh subur sehingga ia akan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jika sang anak dibiasakan dengan hal-hal yang baik dan diajarkan kebaikan kepadanya, ia akan tumbuh dengan baik dan akan  memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Kemudian pahala yang dipetiknya turut dinikmati oleh kedua orangtuanyaa. Dan apabila dibiasakan pada hal-hal yang buruk, dan ditelantarkan begitu saja bagaikan memperlakukan hewan ternak, maka niscaya sang anak akan tumbuh menjadi seorang yang celaka dan binasa. Dan dosa yang ditanggung sang anak itu akan menjadi beban bagi orang yang pernah mengajarinya dan yang menjadi walinya.

Potensi yang Alloh titipkan kepada setiap anak meliputi akal mereka hati pendengaran dan juga penglihatan. Sebagaimana Alloh berfirman dalam Q.S An Nahl ayat 78

وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya :” Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui suatu apapun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur ( QS.An-Nahl : 78).

Mendidik Anak Usia Dini Menurut Al Qur’an dan Hadits

Cara mendidik anak menurut Nabi SAW yang kemudian diteruskan oleh para sahabat hingga sampai kepada para ulama adalah pendidikan  yang menekankan kepada pendidikan Akhlak. Orangtua dianjurkan untuk mengajarkan akhlak yang baik kepada anak, memberi teladan bagaimana seharusnya seorang muslim bersikap karena anak adalah role model orangtuanya. Ia adalah peniru yang sangat ulung. Jika apa yang dicontohkan orangtuanya maka ia pun akan memberi timbal balik hal-hal yang baik. Begitu juga dalam pergaulan orangtua hendaknya menjaga anak mereka dari pergaulan yang buruk. Apabila lingkungannya baik maka ia pun akan tumbuh menjadi pribadi yang baik yang menjunjung akhlak yang diajarkan Rasululloh dan orangtuanya, kemudian hendaknya orangtua membentengi jiwa si anak dengan doa-doa karena anak adalah amanah terbesar yang Alloh titipkan kepada setiap orangtua untuk dijaga juga anak-anak adalah harapan bangsa, apabila mereka baik maka baiklah negaranya begitupun sebaliknya.

Baca Juga: Urutan Doa Orang Tua Agar Anak Berbakti

Dalam mendidik anak ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian para orangtua yaitu diantara lain sebagai berikut:

  1. Orangtua hendaknya memahami betul tentang konsep dan tujuan pendidikan anak
  2. Orangtua hendaknya banyak banyak menggali informasi tentang pendidikan anak dari sumber yang terpercaya, bukan berdasarkan pada kata “katanya”.
  3. Orangtua hendaknya memahami kiat-kiat mendidik anak, agar ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, orangtua dapat segera mengatasi hal tersebut.

Tirakat/ Riyadhoh Orang Tua untuk Anak

Adapun adat yang diajarkan oleh para ulama terdahulu, orangtua hendaknya berani tirakat atau berani riyadhoh jika ingin anaknya sukses dunia akhirat, adapun beberapa caranya diantara lain sebagai berikut:

  1. Orangtua hendaknya mengenalkan anak kepada Rabb dan rasulnya sedini mungkin sejak dalam kandungan dengan sering sering membaca al qur’an dan sholawat untuk kebaikan si anak.
  2. Orangtua hendaknya niat mencari rezeki yang halal dan menjaga diri dari hal hal yang haram, agar apa yang masuk kedalam tubuh si anak bukan hal-hal yang haram juga.
  3. Orangtua hendaknya selalu memohon ampun kepada Alloh dan senantiasa memohonkan kebaikan dan penjagaan untuk anaknya.
  4. Berpuasa di hari kelahiran si anak, bisa juga saat weton kelahiran anak, atau ketika ada azzam tertentu dari orangtua atau anaknya.

Pendekatan pendidikan anak usia dini

Anita Yus, dalam bukunya pengembangan anak usia dini, mengungkapkan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yang diadopsi dari beberapa pendekatan, yaitu pendekatan proses, konkret, holistik dan discovery. Holistik dilakukan antara lain dalam bentuk melakukan pembelajaran kontekstual. Selain itu, pelaksanaan pembelajaran diupayakan menstimulasi semua dimensi pengembangan secara keseluruhan. Discovery dilakukan dalam bentuk kegiatan belajar memberikan peluang kepada anak untuk mengembangkan kemampuan mengamati, mengidentifikasi, bereksperimen, bereksplorasi,  memaknai dan menyimpulkan hasil pengamatan.

Kiat Penanaman Nilai-nilai Islam pada Diri Anak

Pendidikan anak atau proses transfer materi pengajaran islam tidak akan berhasil jika tanpa diringi ilmu atau kiat-kiat dalam mendidik anak adapun kiat-kiatnya dapat didapat dari mempelajari  al qur’an hadits yang didukung dengan penjabaran penjabaran yang mudah dipahami oleh para pakar pendidik atau para ulama .

Adapun menurut Abdurrahman an-Nahwali ada tujuh kiat  dalam proses  mendidik anak. Adapun diantara hal tersebut antara lain:

1. Hiwar (Dialog)

Mendidik anak dengan dialog adalah suatu keharusan bagi orangtua, karena dengan dialog dapat menjalin komunikasi yang dinamis antara anak dan orangtua, dengan dialog juga orangtua dapat membangun bonding dengan anak, apabila bonding sudah terjalin maka anak akan merasa nyaman dan aman bersama orangtuanya, Rasulullah SAW pun mendidik putra putri dan keluarga beliau dengan dialog dari hati ke hati.

2. Kisah

Mendidik anak  dengan cara bertutur kisah juga sangat penting bagi perkembangan emosional dan spiritual anak, orangtua dapat berkisah tentang keteladanan para nabi, sahabat ataupun para ulama sehingga membangun ghiroh atau semangat si anak agar meniru teladan para nabi sahabat ataupun ulama yang diceritakan, dengan kisah yang baik maka semangat si anak untuk meniru hal yang baik pun menjadi mudah, karna dunia anak adalah dunia imajinasi jika dunianya disisipi dengan kisah tokoh-tokoh yang baik maka imajinasi dan pola pikirnya selaras kemudian di singkronkan dengan tingkah lakunya.

Apakah Rasululloh memakai metode ini dalam mendidik anak? Jawabannya betul, karena dalam mendidik Rasululloh tidak lupa mensisipi kisah dari umat-umat terdahulu yang telah tercantum dalam al qur’an agar menjadi pelajaran bagi para sahabat dan umatnya kemudian. Kisah yang nabi tuturkan bukan kisah bohong belaka tetapi sudah di nash didalam al Qur’an bahkan setting dan buktinya pun sudah banyak ditemukan seiring dengan perkembangan zaman.

3. Perumpamaan

Didalam Al-Qur’an maupun hadits banyak yang mengemukaan perumpamaan. Perumpamaan yang Alloh dan Rasulnya berikan bisa berupa tersirat maupun tidak tersirat, dapat dicontohkan didalam Al Qur’an surat al Isra disebutkan “Dan janganlah kamu berkata Uff kepada orangtuamu”, disini merupakan perumpamaan jika seorang tidak boleh berkata kasar kepada orangtuanya, jangankan berkata kasar berkata Uff saja tidak diperbolehkan maka disinilah pentingnya metode perumpamaan agar orangtua mampu memberikan arahan yang sesuai untuk anaknya, tentunya bukan sekedar arahan semata tetapi juga harus mencontohkan hal-hal yang baik untuk perkembangan intelektual maupun spiritual si anak .

4.Keteladanan

Sudah dijelaskan sebelumnya oleh para ahli jika anak adalah peiru yang ulung, apa yang ditangkapnya dari orangtua itulah yang ia lakukan maka orangtua harus menjadi teladan yang baik untuk para anak-anaknya, imam ghozali mengemukakan :” jika setiap orangtua ingin anaknya baik maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki diri sendiri dan memohon ampun kepada Alloh swt, begitu juga harus memohon pertolongan kepada Alloh agar mampu memberikan teladan yang baik,. Jika setiap orangtua ingin anaknya sholih maka sholihkan diri sendiri dulu. Orangtua harus menjaga diri dalam bertutur kata juga dalam bersikap ajak anak-anak untuk mengaji bersama atau sholat berjama’ah bersama agar inilah yang tertanam didalam fikiran si anak, bahwa orangtuanya selalu memberikan contoh yang baik kepada mereka.

5. Latihan dan Pengamalan

Nabi bersabda : ” Al umm madrosatul ula”, ibu adalah madrasah pertama bagi seorang anak, jika ingin seorang anak yang sholih maka ibunya harus berusaha mengajak si anak menerapkan kewajiban-kewajibannya sebagai manusia yang beriman sedari dini, mengajak mereka sholat dan mengaji sedari dini, tetapi jangan lakukan kekerasan karna kekerasan akan menimbulkan efek traumatis pada psikologi si anak, ajak mereka latihan sedikit demi sedikit jika mereka menolak seorang ibu bisa memberikan reward apabila anak mau mengerjakan hal hal yang baik.

6. Ibrah dan Mau’izah

Ibrah dan mau’idzah atau nasehat yang baik tidak melulu berupa kata-kata, orangtua dapat memberikan mau’idzah melalui sebuah kejadian yang kemudian diilustrasikan, contoh dengan menjenguk orang sakit maka manfaatnya adalah orang yang sakit akan menjadi senang dan kita pun mendapatkan pahala, atau dengan kisah yang terjadi akhir-akhir ini sisipkan dengan nasehat yang baik, atau orangtua dapat mengajak anaknya untuk bersilaturrahmi atau sowan kepada alim ulama untuk mendapatkan nasehat dan memintakan doa untuk kebaikan si anak.

7. Targhib dan Tarhib

Targhib merupakan  janji-janji yang menyenangkan bagi anak yang mau melakukan kebaikan sedangkan tarhib adalah ancaman  yang mengerikan jika seseorang melakukan keburukan, didalam Al Qur’an banyak sekali ayat yang menyatakan tentang janji atau reward bagi setiap hamba yang mau amar ma’ruf nahi munkar  pun setelah janji kebaikan tersebut kemudian ada ayat mengenai ancaman jika seorang hamba ingkar, apabila orangtua mampu mendidik anaknya dengan baik sesuai dengan tuntunan al qur’an dan sunnah maka janji Alloh adalah surga pun sebaliknya jika orangtua tidak mampu mendidik anak dengan baik malah menelantarkan mereka maka Alloh akan murka karna anak yang sholih adalah harapan setiap orangtua namun hal tersebut haruslah diusahakan bukan serta merta ada begitu saja.

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلّا منْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ا وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ا وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah bersabda: “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya.” (HR Muslim).

Materi pendidikan anak usia dini

Landasan Pendidikan Anak Usia Dini adalah Qs. lukman ayat 13-14 tentang bagaimana Lukman memberikan pengajaran terhadap anaknya yang bukan hanya bersifat kecerdasan akal tetapi juga kecerdasan akhlak.

Tarbiyah Jismiyah

Materi tarbiyah jismiyah ini meliputi anak diberikan  sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dari orangtuanya yaitu  berupa fasilitas yang menyehatkan, menumbuhkan, dan menyegarkan tubuhnya. Anak berhak tumbuh dengan baik sehingga mampu belajar mandiri dan mampu menghadapi tantangan dan kesulitan diluar rumahnya.

Sedangkan untuk kebutuhan fisik orangtua harus mampu memberikan pemenuhan hal hal yang meliputi perkembangan fisiknya dan juga kebutuhan rohaninya sehingga anak bukan hanya kuat tubuhnya tetapi juga sehat bathinnya.

Kemudian ajarkan anak-anak untuk menjungjung akhlak yang baik, menanamkan rasa malu yang harus pada tempatnya sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia baik didalam rumah maupun diluar rumah, rasa malu pada tempatnya adalah ketika si anak berbuat tidak terpuji maka hendaknya ia malu kepada Tuhannya sehingga merasa bersalah dan tidak mengulangi perbuatan tersebut lagi , orangtua juga harus selalu mendoakan kebaikan untuk anaknya,

Tarbiyah Aqliyah

Materi tarbiyah aqliyah meliputi anak diberikan kesempatan untuk memilih pendidikan yang sesuai dengan minatnya tetapi juga harus menjunjung tinggi akhlak mereka, artinya dengan pendidikan dan pengajaran tersebut anak bukan hanya cerdas intelektualnya tetapi juga cerdas akhlaknya, tanamkan keikhlasan dalam menuntut ilmu kepada seorang anak sehingga ia tidak merasa setengah-setengah dalam memilih jalannya, tugas orangtua adalah memberikan pengarahan bukan memaksa kehendak orangtua yang artinya mematikan jiwa minat si anak, lalu bagaimana jika orangtua memaksa seorang anak untuk menghafalkan al qur’an?

Menghafal al qur’an adalah suatu pekerjaan yang mulia namun alangkah baiknya tidak dilakukan dengan pemaksaan karena dengan paksaan seorang anak pun akan melakukan hal tersebut setengah-setengah artinya bukan karna keinginannya murni, ajak seorang anak untuk berdiskusi lalu berikan janji janji jika seorang anak mampu menghafalkan al qur’an maka akan membahagiakan orangtuanya baik didunia maupun diakhirat, namun orangtua juga tidak boleh memaksa harus memperhatikan minat dan kemampuan si anak dan manfaat maupun madhorotnya jika sianak melakukan hal tersebut dengan terpaksa.

Tarbiyah Ruhaniyah atau Tarbiyah Adabiyah

Materi tarbiyah ruhaniyah atau tarbiyah adabiyah dalam buku Maimunah Hasan yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini, unsur unsur tarbiyah ruhaniya meliputi hal hal sebagai berikut:

Segi Ketuhanan dan Spiritual

  1. Menanamkan prinsip agama dan mengokohkan fondasi Iman.
  2. Menanamkan ketataan terhadap agama.
  3. Mencarikan teman yang baik.
  4. Memperhatikan kegiatan anak.

Segi Moral

  1. Kejujuran dan tidak munafik
  2. Menjaga lisan dan berakhlak mulia
  3. Segi Mental dan Intelektual
  4. Menyenangi bacaan yang bermutu yang dapat meningkatkan kualitas diri
  5. Menjaga diri dari hal-hal yang merusak akal

Segi jasmani

  1. Diberi nafkah wajib dan kebutuhan dasar anak, seperti makanan dan
  2. tempat tinggal, kesehatan, pakaian dan pendidikan
  3. Latihan jasmani, berolahraga, menunggang kuda, berenang, memanah.
  4. Menghindari dari kebiasaan yang merusak jasmani

Segi Psikologis

Mengenali perasaan dan bagaimana mengekspresikan perasaan tersebut dengan baik. Baik perasaan bahagia, marah, malu, minder, senang.

Segi Sosial

  1. Menunaikan hak orang lain dan setiap yang berhak dalam kehidupan
  2. Etika social anak.

Leave a Comment