Kapan terakhir kali berwudhu dari padasan? Kalau aku waktu SD. Wkwkwkwk, limabelasan tahun yang lalu. Saat grobak sodor masih menjadi raja mainan. Saat sumur timba menjadi tempat favorit untuk menghabiskan sore bersama teman-teman sembari saling mengguyur air. Saat internet belum menjamah kampung kami. Time flies so fast, sekarang padasan menjadi barang yang super langka. Untuk berwudhu rata-rata mengandalkan kran. Sangat jarang yang masih menggunakan padasan.
Padasan merupakan tempayan air yang berfungsi menampung air untuk melakukan wudhu. Terbuat dari tanah liat, jika dilihat dari atas, padasan mirip angka delapan. Setiap berwudhu dari padasan, rasanya ademmmm banget. Dulu jaman SD, jika puasa bertepatan dengan musim kemarau, aku akan berlama-lama mandi di bawah kucuran padasan demi menghalau panas yang menyerang badan. Tetapi enggak meminum airnya loh.
Baca juga: Keindahan Gunung Merbabu Dilihat Dari Salatiga
Kutemukan Ia di Taman Pintar Yogyakarta
Kala itu aku bersama kawan-kawan tengah studi lapangan untuk melihat sendra tari Ramayana di Prambanan. Sebelum menuju ke Prambanan, kami menyempatkan diri untuk rekreasi di Kraton, setelah dari Kraton, dosen mempersilahkan kami jalan-jalan kemana pun yang kami mau, asal dua jam kemudian sudah berkumpul lagi di parkiran.
Dasarnya aku enggak suka belanja, bertiga dengan sahabat dekatku, kami mlipir ke Taman Pintar untuk memanjakan mata saat yang lain jalan-jalan ke Pasar Bringharjo. Kala itu aku masih jomblo bahagia, mau pencilakan pun enggak masalah. Sah-sah saja, aku menclok sana-sini, naik sepeda tua, masuk-keluar ke rumah gedhek yang ada di taman pintar. Dibilang ndesa yo ben, pan pancen ndesa. Wkwkwk.
Di Rumah Gedhek inilah kami menemukan kenangan lama, kenangan masa kecil yang sangat kurindukan; padasan. Kami bertiga terpukau, bergantian akting wudhu dan minta dipotret. Kadang kami sengaja duduk di pojokan, hening, menikmati kilas balik masa kecil di imaji masing-masing. Ah, waktu begitu cepat berlalu.
Dua jam waktu yang disediakan oleh dosen untuk ngebolang, kami habiskan di Playground Taman Pintar. Padahal Taman Pintar terdiri dari banyak spot, enggak cukup waktu 2 jam untuk menikmati setiap wahananya, apalagi ada kolam renangnya, kalau bawa si K alamat kudu nyemplung kalau enggak mau si K tantrum. Hihihi.
DI Taman Pintar ada 6 Zona, antaraain Gedung Memorabilia, Gedung Kotak lantai 2, Gedung Oval lantai 2, Gedung oval lantai 1, Gedung Paud barat dan timur dan Playground Area. Banyak ya, iya, makanya sedakan waktu yang lumayan banyak jika ingin menikmati setiap spot. Itung-itung belajar di luar ruangan untuk si kecil.
Planning ke Taman Pintar Bareng si K
Aku dan abah K merencanakan untuk mengajak si K ke Taman Pintar, agar si K menapak tilas tentang padasan yang menjadi bahan bully-an abah K kala itu. Eh, bercanda. Maksudku, aku ingin si K belajar di keenam zona yang ada di Taman Pintar. Apalagi Taman Pintar banyak spot-spot dengan tema edukasi, si K bakal belajar banyak.
Baca Juga: Mengenalkan Museum Purbakala Sangiran Pada Anak
Menuju ke Taman Pintar
Sebenarnya banyak cara menuju ke Taman Pintar. Aku rangkumkan disini dari berbagai sumber terpercaya:
- Dari Bandara Adisucipto, naik bus Trans Jakarta trayek 3B atau 3A. Turun di depan Taman Pintar.
- Dari Terminal Giwangan, naik bus kota jalur 4 atau 10, turun di Benteng Vredeburg, jalan ke arah timur untuk menuju ke Taman Pintar.
- Dari Stasiun Tugu, bisa menggunakan moda Andong atau becak.
- Dari Stasiun Lempuyangan, bisa memesan Taksi untuk menuju ke Taman Pintar.
- Kalau ingin sekaligus eksplor ke berbagai spot wisata, bisa menyewa OMOcars Jogja, lebih menghemat waktu dan tenaga.
Kami yang dari Salatiga, agak konyol jika harus naik kereta atau bis. Jika naik kereta, kami harus menuju ke Solo atau Semarang terlebih dahulu, baru kemudian naik kereta menuju Stasiun Tugu atau Stasiun Lempunyangan, baru nyambung menggunakan becak atau taksi.
Apabila naik bis, kami bisa menghabiskan waktu 4-5 jam untuk menempuh perjalanan dari Salatiga ke Taman Pintar. Dari Salatiga, kami harus naik bis Solo-Ambarawa, turun di Terminal Bawen, ganti bis Jurusan Jogjakarta, turun di Terminal Giwangan, ganti lagi bis kota Jalur 4 atau 10, baru sampai ke Taman Pintar. Itu belum termasuk waktu ngetem bisnya, bisa-bisa si K tantrum di jalan karena bosan. Hiks
Sepertinya kami memilih untuk menginap di Jogja dan menyewa rental mobil barang sehari-dua hari, sekalian eksplor berbagai tempat wisata Jogja. Mungkin kami harus mengosongkan job selama satu minggu. Sebagai freelancer, mengosongkan job artinya enggak gajian, jadi musti direncanakan matang-matang.
So, kalau kamu, kemana kamu merencanakan liburan bersama anak-anak, Kawan? Yuk, share tempat wisata yang ramah anak, biar emak K enggak bingung kalau merencanakan liburan bersama anak-anak.