Komunitas Blogger WordPress Dan Kesadaran Sosial

Aku memiliki blog pertama kali pada tahun 2010. Blog pertama itu dibuatkan oleh teman sekelas bernama Subki saat pertengahan semester kelas XII di Madrasah Aliyah. Platform blog yang digunakan saat itu adalah blogspot. Aku baru mengenal WordPress ketika awal-awal kuliah di Surabaya.

Sejak dulu, aku memang suka menulis. Sebelum mengenal blog, tulisan-tulisan itu kubuat dalam buku diary. Tulisan-tulisan itu sebagian kutulis menggunakan aksara jawa (honocoroko) agar tidak mudah dibaca sembarang orang karena kebanyakan berisi catatan kehidupan pribadi. Waktu itu, menulis menggunakan aksara jawa rasanya semudah menulis menggunakan aksara Latin atau Arab karena hampir setiap hari menggunakannya. Bahkan! Ada sebagian catatan pelajaran di sekolah yang kutulis menggunakan aksara Jawa.

Eksplorasi bahasa terasa begitu menyenangkan bagiku. Aku suka memelajari bahasa-bahasa baru misalnya: Ketika masa-masa kuliah di surabaya, di luar perkuliahan, aku memelajari beberapa bahasa sekaligus diantaranya: kromo inggil (jawa), bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Rusia, dan bahasa China. Sedangkan bahasa Indonesia masuk mata kuliah wajib. Selain bahasa manusia, aku juga memelajari bahasa komputer antara lain: HTML, CSS, Javascript, ActionScript, C/C++, Asembly, PHP, ASP, Java, dan lain sebagainya. Intinya aku sangat mengagumi keindahan bahasa. Dan… keindahan bahasa itu dapat kunikmati dengan cara menulis. Jadi misalnya aku bisa berbahasa krama inggil tanpa bisa menulis menggunakan aksara Jawa akan terasa kurang nikmat atau bisa bahasa Rusia secara verbal tetapi tidak mengerti aksaranya juga kurang nikmat. Pun demikian dengan bahasa komputer.

Menjadi blogger bukanlah tanpa tantangan. Terlepas dari pro dan kontra pembaca, sepi pengunjung, pendapatan sedikit, atau dicurigai istri memiliki screet admirer dll., blogger juga memiliki tantangan untuk survive bersaing dengan situs-situs porno ataupun blog yang dibuat menggunakan AGC dengan menihilkan kode etik grabber/scrapper. Ketika mengisi pelatihan blogging di Madrasah Aliyah dulu, aku sampaikan pada guru-guru bahwa kontribusi tulisan para guru sangat diperlukan untuk memperkaya konten positif di internet. Saat itu, aku tunjukkan data kueri pencarian yang menggunakan kata-kata mengandung unsur pornografi mencapai milyaran setiap bulan. Untuk membuktikannya, aku membuat artikel uji coba di sini, di Nusagates, salah satu artikel yang menggunakan keyword tertarget pornografi (tanpa konten pornografi) kubuat pada mei 2017 lalu. Artikel itu sampai hari ini sudah dilihat sebanyak 92.932 kali. Itu artinya setiap bulan ada sekitar 30.000 tampilan untuk satu artikel dan setiap hari ada sekitar 1000 tampilan untuk satu artikel.

Melihat kenyataan konten porno lebih diminati oleh pencari, penyaji, mapun pembuat AGC yang melanggar kode etik blogger membuatku merasa sangat terusik. Aku sempat menghubungi Nawala dan Kominfo untuk menyampaikan gagasan terkait konten porno di internet. Aku juga sempat membuat beberapa script untuk menguji pencari konten porno untuk mendapatkan behaviornya kemudian membuat semacam penawarnya. Namun tetap saja seperti sia-sia. Pencari konten porno itu selalu ada. Bahkan artikel yang kubuat tanpa konten porno masih selalu ramai dikunjungi sampai hari ini.

Suatu hari, ketika mencari artikel tentang masalah koneksi internet, aku berkomentar di sana menanyakan perihal masalah yang sedang kuhadapi. Dari komentar itu ada seorang pengunjung yang menyukai komentarku. Tak lama kemudian, ia menyukai blog Nusagates menggunakan fitur sosial WordPress. Nama akunnya Teacupmind. Awalnya, aku tidak mengira kalau dia adalah orang Indonesia yang memiliki nama asli Hendra karena blog yang kukomentari adalah blog yang dimiliki oleh orang asing menggunakan bahasa Inggris (bukan bermaksud menghina orang Indonesia tidak ada yang pernah blogwalking di blog orang asing, lho). Terlebih lagi nama akun yang digunakan untuk aktivitas sosial menggunakan frasa Inggris. Siapa sangka dia warga Indonesia juga.

Berawal dari aktivitas sosial yang dikenalkan oleh mas Hendra itu aku baru menyadari bahwa fitur sosial WordPress bisa digunakan untuk berkomunikasi layaknya media sosial. Jujur saja sebelum mendapat like dari mas Hendra itu aku tidak pernah peduli dengan hal-hal terkait sosial blogging. Paling mentok aku cuma share artikel yang menurutku bagus. Komentar hanya kulakukan kalau memerlukan informasi tambahan ketika artikel yang kubaca belum bisa mengatasi permasalahan. Sekali dua kali pernah sih nyepam untuk buat backlink alias komentar GJ. Tapi frekuensinya sangat minim.

Melihat interaksi sosial di komunitas blogger WordPress itu, aku merasa terharu. Meskipun banyak tulisan-tulisan itu berupa curhat atau catatan pribadi, ketika membaca tulisan-tulisan itu rasanya seneng. Mungkin interaksi sosial itu yang membuat rasanya beda. Ada kedekatan antara penulis dan komentator. Bahasa yang digunakan juga tidak kaku. Lebih cair dan menyenangkan. Membaca saja membuatku merasa bahagia. Ternyata masih banyak pejuang konten positif di sana. Meskipun seandainya tulisan itu dibuat tanpa adanya kesadaran sosial untuk bersaing dengan konten negatif akan tetap memberi dampak pada siklus hidup dunia blogger.

Komunitas itu membawa warna baru bagiku. Meskipun aku tidak mengenal nama mereka sepenuhnya. Meskipun aku tidak tahu asal mereka. Meskipun aku tidak tahu motif mereka. Meskipun aku tidak tahu suku, agama, jenis kelamin, kebangsaan, ataupun profesi mereka. Mereka telah memberikan semangat dan inspirasi baru. Tidaklah mengapa seandainya interaksi sosial itu merupakan suatu orderan atau merupakan ada kesepakatan untuk sengaja saling memberi komentar demi tujuan tertentu, yang jelas aku senang bisa dipertemukan dengan mereka.

Terakhir, aku berharap tidak ada yang merasa terbebani konvensi-saling-ini-itu. Misal tidak enak hati kalau tidak like blog Nusagates karena aku sudah like blognya. Tidak enak hati tidak komentar di Nusagates karena aku sering komentar di sana. Jangan begitu. Selow saja. Lha wong kepala sukunya Nusagates sendiri gak PD kok kalau ada yang like tulisannya apalagi ada yang like blognya. Hmmm…

3 thoughts on “Komunitas Blogger WordPress Dan Kesadaran Sosial”

  1. Pertamaa, kenapa blog punya mas ini gak bisa dikomentari via app ya??

    Kedua, bikin cerita juga, mas, saya tunggu. ?

    Ketiga, kalau mau, saya ada komunitas wp yg uda seratusan orang, mas bisa saya masukkan ke sana biar blog mas tambah rame ?

    Reply

Leave a Comment