Indonesia Memiliki Kaskus, Mengapa Lebih Memilih Stackoverflow?

Pertumbuhan dunia teknologi informasi dengan segala inovasi maupun temuan baru menjadikan hal itu sebagai salah satu penyebab berkurangnya jumlah pengangguran. Informasi lowongan kerja ataupun ketersediaan tenaga kerja siap pakai menjadi lebih mudah ditemukan dengan semakin beragamnya fitur-fitur yang berupaya memertemukan antara pencari kerja dengan pencari tenaga kerja.

Ditinjau dari segi konsep, antara Kaskus dengan Stackoverflow jelas berbeda. Secara umum, Kaskus mengusung konsep forum untuk menjalankan core bisnisnya sedangkan Stackoverflow mengusung konsep tanya jawab (Question Answer). Meskipun demikian, keduanya memiliki beberapa kesamaan yaitu memberikan hak kepada pengguna untuk berinteraksi dan berdiskusi, menerapkan sistem poin dan achievement, serta bisa digunakan untuk mencari referensi permasalahan yang dihadapi.

Ruang Lingkup Pembahasan

Penggunakan kata Kaskus bukan untuk membatasi pembahasan hanya pada produk-produk yang ditawarkan oleh Kaskus saja melainkan untuk merujuk produk-produk sejenis ataupun layanan web yang mengusung konsep QA yang berasal dari Indonesia. Sedangkan Stackoverflow digunakan untuk merujuk layanan sejenis ataupun layanan web forum yang berasal dari luar negeri.

Mengapa Stackoverflow lebih diminati daripada Kaskus?

Sebagai pengguna internet yang setiap hari menggunakan internet untuk keperluan bisnis, aku sering menggunakan layanan web yang berbentuk forum maupun QA. Hal ini terjadi di saat aku membutuhkan bahan referensi untuk memecahkan permasalahan yang sedang kuhadapi misalnya ketika usaha untuk merampungkan pembuatan web terhenti karena kode (script) yang kubuat error dan tidak bisa memperbaikinya setelah berusaha beberapa jam. Selain itu, aku menggunakan layanan-layanan itu untuk mencari gambaran umum mengenai hal-hal yang sedang trend saat itu. Aku membutuhkan data mengenai popular topic maupun term untuk membantuku dalam meningkatkan layanan bisnis yang kusediakan.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, Kaskus memberikan keleluasaan bagi kita untuk membuat trit baru di beragam kategori-kategori yang telah disediakan. Jujur saja, ini memberikan pengalaman pengguna yang luas. Kita bisa membuat trit bernuansa santai atau yang bernuansa penuh pemikiran berat bisa masuk di Kaskus. Tanya jawab pun bisa dilakukan di sana. Hanya saja, seringkali tanya jawab itu tak memberi apa-apa selain balasan singkat semisal up, nyimak, nitip sendal, pertamax, atau balasan absurd lainnya. Balasan-balasan seperti itu sebenarnya yang membuatku malas untuk mengajukan pertanyaan di Kaskus. Waktu yang terbuang untuk memelototi trit tidak sepadan dengan keinginan jawaban yang diharapkan.

Topik tanya jawab yang masuk di Stackoverflow sebetulnya juga tidak semuanya berbobot. Ada juga yang menanyakan hal remeh temeh. Malahan! Terkadang ada yang menanyakan hal-hal wagu tur lucu dan tidak sesuai pada tempatnya. Respons pengguna pun sebenarnya tidak secepat di Kaskus yang dalam beberapa detik saja sebuah trit baru dipadati oleh penitip sendal, pengecer pertamak, maupun penyimak. Namun, arsip topik Stackoverflow yang berbobot jumlahnya lebih banyak sehingga membuat pencari referensi kode sering puas hanya dengan membaca arsip itu tanpa perlu mengajukan pertanyaan langsung.

Layanan web yang mengusung konsep QA sebenarnya juga ada di Indonesia namun tampaknya tidak seramai Stackoverflow. Mengapa hal ini bisa terjadi? Menurutku pribadi penyebabnya adalah sebagai berikut:

  1. Bahasa lokal (Bahasa Indonesia maupun bahasa daerah) yang digunakan pada web tersebut membatasi jangkauan pengguna hanya dari Indonesia atau dari orang-orang yang mengeri bahasa lokal yang digunakan saja. Berbeda dengan Stackoverflow yang kebanyakan ditulis menggunakan bahasa Inggris membuatnya mampu untuk menjangkau komunitas pengguna internet skala internasional
  2. Ketidakpercayaan masyarakat pada layanan yang disediakan. Secara umum, memang banyak masyarakat di Indonesia merasa bahwa kualitas produk dari luar negeri lebih unggul dibanding dengan produk buatan dalam negeri. Kebanyakan layanan berbentuk QA yang ada di Indonesia merupakan layanan yang disediakan oleh seseorang secara personal ataupun mereka yang memiliki perusahaan startup. Web-web itu kebanyakan juga menggunakan forum engine maupun QA engine gratisan. Kalau QA itu dibuat untuk membahas seputar kode pemrogramaan maka pengunjungnya akan merasa mampu membuat sendiri di webnya masing-masing sehingga tak perlu lagi berkunjung ke web penyedia layanan QA tersebut yang dianggap akan memperkaya pemiliknya belaka. Web-web tersebut biasanya dibuat dengan konsep yang kurang begitu jelas. Belum apa-apa sudah dipenuhi dengan iklan dan promo-promo yang sebetulnya tidak mendukung menguatnya layanan tersebut. Akhirnya web-web itu malah beralih fungsi sebagai ajang promo atau spamming belaka.
  3. Optimasi yang kurang. Secara umum, para pencari referensi tidak langsung masuk ke dalam web-web penyedia referensi tetapi lebih sering mencarinya menggunakan Search Engine untuk mendapatkan referensi yang dibutuhkan. Forum maupun QA yang kurang dioptimasi akan kalah bersaing dengan blog-blog yang full optimasi. Ini menyebabkan banyak forum maupun QA yang kalah bersaing dengan blog jika dicari melalui Serch Engine.

Adapun antara Stackoverflow dengan Kaskus sebenarnya tidak bisa dibandingkan mana yang lebih unggul karena memang keduanya memiliki perbedaan core bisnis. Ada kalanya Kaskus lebih yahood untuk digunakan melepas penat atau hal lainnya. Di kesempatan lain, Stackoverflow juga mampu mengurangi beban pusing yang dirasa karena permasalahan kode yang dihadapi terselesaikan hanya dengan jawaban sepele yang sering membuat tersenyum-senyum sendiri karena merasa goblok, “gitu aja kok sampe berjam-jam gak kelar”.

Anyway! Karena aku lebih sering mencari referensi permasalahan kode maka aku lebih sering menggunakan Stackoverflow. Sekali-kali masih menggunakan Kaskus untuk ngeksis maupun menyimak obrolan yang lagi ngehits. Sekian.
Cheers
Ahmad Budairi

Leave a Comment