Setelah Syekh Maulana Malik Ibrahim wafat, maka Sunan Ampel diangkat sebagai sesepuh Walisanga sebagai mufti atau pemimpin agama Islam setanah Jawa untuk memimpin penyebaran agama Islam di Tanah Jawa. Beberapa murid dan putra Sunan ampel sendiri menjadi anggota Walisanga, mereka adalah Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kota atau Raden Patah, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati.
Peninggalan Sunan Ampel
Sunan Ampel juga turut membantu mendirikan Masjid Agung Demak yang didirikan pada tahun 1447 M. Salah satu di antara 4 tiang utama masjid Demak hingga sekarang masih diberi nama sesuai dengan yang membuatnya yaitu Sunan Ampel. Beliau pula yang pertama kali menciptakan huruf pegon atau tulisan huruf Arab berbunyi bahasa Jawa. Dengan huruf pegon ini beliau dapat menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada para muridnya. Hingga sekarang huruf pegon tetap dipakai sebagai bahan pelajaran agama Islam di kalangan pesantren.
Falsafah Moh Limo, Ajaran Sunan Ampel yang Terkenal
Ajaran Sunan Ampel yang terkenal hasil didikan mereka yang terkenal adalah falsafah Moh Limo atau tidak mau melakukan 5 hal yang tercela. Prabu Briwijaya sangat senang atas hasil didikan Raden Rahmat. Raja menganggap agama Islam itu adalah ajaran budi pekerti yang mulia, maka ketika Raden Rahmat kemudian mengumumkan ajarannya adalah agama Islam maka Prabu Brawijaya tidak marah, hanya saja ketika dia diajak untuk memeluk agama Islam ia tidak mau. Ia ingin menjadi Raja Hindu yang terakhir di Majapahit.
Sunan Ampel diperbolehkan menyiarkan agama Islam di wilayah Surabaya bahkan di seluruh wilayah Majapahit, dengan catatan bahwa rakyat tidak boleh dipaksa, Sunan Ampel pun memberi penjelasan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama.
Sunan Ampel dan Penyebaran Islam di Ampeldenta
Pada suatu hari berangkatlah rombongan Raden Rahmat kesebuah daerah di Surabaya yang kemudian disebut dengan Ampeldenta. Setelah sampai di tempat tujuan pertama kali yang dilakukannya adalah membangun masjid sebagai pusat kegiatan ibadah. Hal ini meneladani apa yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. saat pertama kali sampai di Madinah.
Karena Raden Rahmat menetap di Ampeldenta, menjadi penguasa daerah tersebut maka kemudian beliau dikenal sebagai Sunan Ampel. Sunan berasal dari kata Susuhunan yang yang artinya yang dijunjung tinggi atau panutan masyarakat setempat. Ada juga yang mengatakan Sunan berasal dari kata Suhu Nan artinya Guru Besar atau orang berilmu tinggi. Selanjutnya beliau yang mendirikan pesantren tempat mendidik putra bangsawan dan pangeran Majapahit serta siapa saja yang mau datang berguru kepada beliau.
Sikap Sunan Ampel terhadap Adat Istiadat Asli Jawa
Sikap Sunan Ampel terhadap adat istiadat lama sangat hati-hati, hal ini di dukung oleh Sunan Giri dan Sunan Drajat. Seperti yang pernah tersebut dalam permusyawaratan para wali di Masjid Agung Demak. Pada waktu itu Sunan Kalijaga mengusulkan agar adat istiadat Jawa seperti selamatan, bersaji, kesenian wayang dan gamelan dimasuki rasa keislaman. Mendengar pendapat Sunan Kalijaga tersebut bertanya Sunan Ampel, “Apakah tidak mengkahawatirkan di kemudian hari bahwa adat istiadat dan upacara lama itu nanti dianggap sebagai ajaran yang berasal dari Agama Islam, jika hal ini dibiarkan nantinya akan menjadi bid’ah?”
Dalam musyawarah itu Sunan Kudus menjawab pertanyaan Sunan Ampel, “Saya setuju dengan pendapat Sunan Kalijaga, bahwa adat istiadat lama yang masih bisa diarahkan kepada ajaran tauhid kita akan memberinya warna Islami. Sedang adat dan kepercayaan lama yang jelas-jelas menjurus ke arah kemusyrikan kita tinggal sama sekali. Sebagai misal, gamelan dan wayang kulit kita bisa memberinya warna Islam sesuai dengan selera masyarakat. Adapun tentang kekhawatiran kanjeng Sunan Ampel, saya mempunyai keyakinan bahwa di belakang hari akan ada orang yang menyempurnakannya.
Adanya dua pendapat yang seakan bertentangan tersebut sebenarnya mengandung hikmah. Pendapat Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus ada benarnya yaitu agar agam Islam cepat diterima oleh orang Jawa, dan hal ini terbukti, dikarenakan 2 wali tersebut pandai menyatukan adat istiadat lama yang dapat ditolerir Islam maka penduduk Jawa banyak yang berbondong-bondong masuk agama Islam. Sebaliknya, adanya pendapat Sunan Ampel yang menginginkan Islam harus disiarkan dengan murni dan konsekuen juga mengandung hikmah kebenaran yang hakiki, sehingga membuat umat semakin berhati-hati menjalankan syariat agama Islam.
Sunan Ampel Wafat
Sunan Ampel dikenal sebagai mufti atau pemimpin agama Islam setanah Jawa. Sunan Ampel sangat menghargai ilmu, maka tidak salah jika beliau memiliki ilmu yang sangat tinggi, sangat terpelajar dan mendapat pendidikan yang mendalam tentang agama Islam. Sunan Ampel wafat pada tahun 1479 M, beliau dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel. Makam beliau dijadikan pusat peziarahan umat Islam di seluruh Nusantara. Sunan Ampel juga dikenal mempunyai akhlaq yang mulia, seperti cinta damai, suka menolong, dan bekerja keras.