Raden Makdum Ibrahim dalam berdakwah sering menggunakan kesenian rakyat untuk menarik simpati mereka, yaitu berupa seperangkat gamelan yang disebut Bonang. Bonang adalah sejenis kuningan yang ditonjolkan di bagian tengahnya. Bila benjolan itu dipukul dengan kayu lunak timbullah suara yang merdu di telinga penduduk setempat. Banyak masyarakat yang datang ingin belajar membunyikan bonang sekaligus melagukan tembang-tembang ciptaan Raden Makdum Ibrahim. Tembang-tembang yang diajarkan Raden Makdum Ibrahim adalah tembang yang berisikan ajaran agama Islam. salah satunya adalah tembang Tombo Ati yang sampai sekarang masih sering kita dengar. Sehingga tanpa terasa penduduk sudah mempelajari agam Islam dengan senang hati, bukan dengan paksaan.
Selain menggunakan kesenian gamelan dalam menyampaikan dakwah, Sunan Bonang juga berdakwah melalui seni sastra dan bahasa untuk menarik penduduk Jawa agar mau masuk Islam. ia dikatakan sebagai penggubah Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab ash-Shidiq karya Abu Sa’id Al-Khair. Beliau juga menciptakan karya sastra yang disebut Suluk. Suluk berasal dari bahasa Arab “Salakattariiqa” artinya menempuh jalan (tasawuf) atau tarikat. Ilmunya sering disebut Ilmu Suluk.
Sunan Bonang semasa hidupnya giat sekali menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Timur, terutama daerah Tuban dan sekitarnya. Seperti halnya ayahnya, Sunan Bonang juga mendirikan pesantren di daerah Tuban untuk mendidik kader-kader Islam yang akan ikut menyiarkan agama Islam di seluruh Jawa. Salah satu tempat yang menjadi sasaran Sunan Bonang adalah adalah Kediri. Saat dia berdakwah di Kediri, mayoritas penduduk di sana beragama Budha. Kemudian Sunan Bonang menetap di Bonang, desa kecil di Lasem, Jawa Tengah. Di sana ia membangun pesantren yang kini dikenal Watu Layar.
Dalam berdakwah Sunan Bonang sangat tegas. Ia tak segan menghancurkan arca yang dipuja penduduk setempat, mengubah aliran Sungai Brantas, dan menghukum para pelaku maksiat. Sunan Bonang menjadi salah satu penyokong berdirinya kerajaan Islam Demak dan masjid Agung Demak. Ia juga dikenal sebagai pemimpin bala tentara Demak, karena ialah yang menunjuk Sunan Ngudung sebagai panglima tentara Islam Demak, dan menunjuk Sunan Kudus untuk menggantikan posisi Sunan Ngudung yang gugur dalam peperangan.