Contoh Laporan Membaca Buku Fiksi Drama

Contoh laporan membaca buku fiksi drama merupakan laporan membaca buku fiksi drama yang pernah kubaca. Jika sebelumnya hanya contoh laporan membaca buku fiksi saja. Kali ini akan dibahas mengenai fiksi drama. Seperti yang telah diketahui, buku fiksi merupakan buku yang memiliki cerita imajinatif dengan gagasan lepas bahkan melampaui penalaran manusia. Cerita fiksi umumnya mampu menggugah emosi pembacanya hingga banyak diadaptasi menjadi sebuah drama.

Drama sendiri merupakan sebuah penggambaran cerita baik fiksi maupun non fiksi yang sajikan secara nyata. Penyajian ini berupa dialog, peragaan aktor, musik, latar dan lain sebagainya sehingga terlihat sangat nyata. Drama dapat dinikmati diberbagai media digital seperti televisi, layanan online hingga pertunjukan teatrikal.

Sistematika laporan membaca buku fiksi drama ini serupa dengan laporan membaca buku fiksi. Oleh karena itu, penjelasan keseluruhan tidak ditampilkan dan langsung berfokus pada contoh laporannya saja. Berikut merupakan contoh laporan membaca buku fiksi drama:

Laporan Membaca Buku Fiksi Drama

Pachinko

COntoh laporan membaca fiksi drama
COntoh laporan membaca fiksi drama judul Pachinko

I.    Identitas Buku

  • Judul buku          : Pachinko
  • Pengarang          : Lee Min Jin (Min jin Lee)
  • Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
  • Tahun terbit       : 2019
  • Tebal buku          : 576 halaman

II.  Sinopsis Buku

Yongdo, Korea 1911.

Pada sebuah desa nelayan kecil di tepi Laut Timur, seorang pria sumbing dan kaki pincang menikahi seorang gadis berusia 15 tahun. Pasangan ini kemudian memiliki seorang anak. Sunja sang putri tercinta. Kehancuran terjadi pada keluarga itu karena sunja yang dihamili oleh seorang yakuza beristri. Namun kemudian datanglah Isak, seorang pendeta kristen yang menawarkan kesempatan untuk menyelamatkan harga diri Sunja: sebuah kesempatah hidup baru di Jepang sebagai istrinya.

Mengikuti seorang pria asing ke negaara lain tanpa teman, rumah dan bahasa yang dapat digunakan, kesempatan ini hanyalah awal ceritanya.

Melewati delapan dekade dan empat generasi, Pachinko merupakan kisah epik mengenai keluarga, identitas diri, cinta, kematian dan bertahan hidup.

III. Analisis Unsur Ekstrinsik

  • Latar Belakang Pengarang

Lee min jin merupakan seorang penulis Korea Amerika yang saat ini menetap di Harlem, Manhattan, New York, Amerika. Sebelumnya, ia bekerja sebagai jurnalis yang secara aktif tertarik pada hubungan Korea Amerika dari waktu ke waktu. Sebelumnya ia telah bekerja sebagai pengacara di Amerika hingga memutuskan berhenti dan fokus menjadi Novelist. Pachinko merupakan buku ke duanya setelah Free Food for Millionaires.

  • Nilai yang terkandung

Nilai yang terkandung dalam cerita ini adalah tentang perjuangan seorang perempuan dalam menjalani hidupnya di tanah asing hingga beberapa dekade. Pandangan dan pengorbanannya dalam menjalani rangkaian asam manis dan pahitnya kehidupan sebagai warga negara minoritas yang serba kekurangan. Serta kekuatannya untuk tetap menjalani hidup setelah kenestapaan bahkan kehilangan yang ia alami.

IV. Analisis Unsur Intrinsik

  • Tema

Cerita ini bertema fiksi sejarah yang didasarkan pada kejadian nyata dengan tambahan cerita sehingga lebih menarik, menggugah minat pembaca dan memahami sejarah dengan pengalaman yang menyenangkan

  • Tokoh

Sunja, seorang perempuan korea yang hamil tanpa suami karena pria yang menghamilinya, Hansu ternyata telah memiliki Istri dan tidak dapat menikahinya. Sunja kemudian diselamatkan oleh Isak yang bersedia menjadi ayah dari anak yang dikandungnya. Di Jepang diceritakan bahwa Sunja memiliki dua anak laki laki bernama Noa dan Mozasu. Mozasu memiliki anak bernama Solomon (cucu Sunja).

  • Alur

Alur cerita Pachinko yakni maju mundur. Awal cerita dimulai di tahun 1911, kemudian maju ke 1930 saat Sunja remaja. Lalu pada 1980an saat usia Sunja telah senja dan cerita dilebarkan pada cerita cucu Sunja, Solomon. Ketiga alur waktu ini berputar dari bab ke bab dan saling menyambung satu sama lain pada tiap kejadian atau konflik.

  • Gaya bahasa

Penggunaan gaya bahasa yang cukup kaku dengan kalimat-kalimat tersirat membuat buku ini tidak termasuk dalam golongan buku ringan. Penggambaran sejarahnya juga sangat mendetil dan disertai fakta sejarah membuat pembaca terpacu untuk berfikir dan mencari referensi lain untuk dapat memahami maksud penulis. Selain itu, karena novel ini adalah terjemahan. Terdapat beberapa terjemahan yang belibet sehingga sulit dipahami hingga perlu dibaca berulang.

  • Latar

Tempat atau latar buku ini yakni di Korea, Jepang dan sedikit di Amerika.

  • Sudut pandang

Sudut pandang yang dipakai dalam cerita ini adalah sudut pandang campuran. Pada beberapa bab, sudut pandangnya dapat berupa sudut pandang ketiga yakni penulis mengetahui segala hal yang terjadi. Namun pada beberapa bab, diceritakan secara sudut pandang orang pertama dari masing masing karakter seperti Sunja, Hansu, Noa, dan Solomon.

  • Amanat

Sunja mengajarkan pada pembaca bahwa bagaimanapun keadaannya, hamil di luar nikah akan memiliki resiko yang cukup besar karena tidak sesuai dengan norma masyarakat. Bayaran yang sangat mahal baginya untuk menyelamatkan harga diri dan keluarganya hingga harus pindah ke negara lain meninggalkan seorang ibu sendirian bahkan hingga sang ibu telah meninggal, ia tidak dapat menemuinya.

Hal yang paling berkesan saat momen perpisahan ini adalah saat ibu sunja berusaha mendapatkan beras putih yang hanya boleh dijual ke tentara Jepang.

“aku ingin memberikan anakku nasi yang ditanam di tanah negara ini bahkan jika hanya sekali sebelum ia pergi dari sini”

Ibu Sunja

Kata inilah yang membuat pedagang luluh dan memperbolehkan ibu Sunja membeli 2 genggam beras untuk 2 mangkuk nasi yang disajikan pada Sunja dan Isak dihari pernikahan mereka sebelum berangkat ke Jepang keesokan harinya. Disini dapat dilihat kesengsaraan masyarakat negara jajahan yang bahkan tidak bisa menikmati hasil bumi yang ditanam sendiri. Bahkan Bokhee (teman Sunja) mengatakan dengan jelas keinginannya untuk tidak memiliki anak.

“Jika kita punya anak, kita akan membuat mereka sengsara dalam kemiskinan yang sama. Jadi untuk apa menikah jika hasilnya sudah kita ketahui”.

Kim Bok Hee

Dari Noa, hal paling dasar yang tidak dapat dilepaskan adalah keluarga. Mau tidak mau, suka tidak suka, darah yang mengalir dalam dirinya tidak akan dapat dilepaskan begitu saja. Selalu akan kembali sebagaimana bumi yang berputar. Dan dapat terlacak sedalam apapun disembunyikan.

Dari keseluruhan ceritanya, dapat dilihat bagaimana sengsaranya hidup saat peperangan. Baik saat sesudah perang, trauma pasca perang tetap menghantui. Perasaan kalut, takut dan cemas akan selalu menjadi mimpi buruk dari masa ke masa. Kenangan tersebut juga akan menghantui hingga generasi berikutnya.