11 Adab Orang Tua kepada Anak

Menjadi orang tua bukanlah hal yg mudah. Islam pun benar-benar memperhatikan tentang hal ini. Islam mengatur adab-adab dan keharusan bagi orang tua agar ia mampu mencetak generasi yang berbudi luhur. Karena itulah sebagai orang tua harus banyak belajar tentang adab-adab tersebut, tentang bagaimana Islam mengajarkan keharusan-keharusan dan larangan-larangan yang tak boleh dilakukan oleh orang tua.

1. Memilih Nama yang Indah

Orang tua wajib memberi nama panggilan yang bagus. Nama yang indah adalah kemuliaan bagi pemiliknya dan panggilan yang bagus merupakan kebaikan bagi dirinya.
Rasulullah pun menyukai nama-nama yang indah, dan sering kali beliau merubah nama yang buruk. Beliau bersabda:

Termasuk hak yang wajib dilaksanakan oleh orang tua kepada anaknya adalah mendidiknya dan baik dan memberinya nama yg indah.

(HR AL-BAIHAQI)

Adapun nama yang paling indah adalah nama seperti nama para Nabi, seperti Muhammad, Adam, Ilyasa, Hud dan lain-lain. Sedangkan nama yang paling buruk adalah nama seperti orang-orang kafir, seperti Fir’aun, Jalut (Goliat), Namrudz dan lain-lain. Dan nama yang paling disukai oleh Allah adalah nama yang di sandarkan kepadaNya. Seperti Abdullah, Abdurrahman, Abdul Malik dan lain sebagainya.

Akan tetapi sekarang ini banyak orang Islam yang meninggalkan nama-nama penuh berkah tersebut, seperti nama Ahmad, Muhammad, Fatimah, Zainab. Padahal Rasulullah memilih nama-nama tersebut, Islam meridhai nama-nama tersebut, dan bahkan kebaikan-kebaikan banyak tersimpan dalam nama tersebut. Ironisnya banyak orang meninggalkan nama-nama indah itu karena alasan sepele: dirasa kuno, tidak keren, atau bahkan yang lebih sepele dari itu, karena sama dengan nama anak tetangga.

2. Mencukur Rambut Bayi dan Bersedekah Seberat Rambutnya

Orang tua dianjurkan untuk mencukur rambut anaknya saat masih bayi, menimbangnya dan menyedekahkan hasil berat timbangan rambut tersebut. Misalnya rambut anak bayi seberat 5 gram, maka orang tua sedekah sebesar 5 gram.

3. Mengaqiqahi

Aqiqah 2 kambing untuk anak laki-laki dan 1 kambing untuk anak perempuan. Jika tidak mampu maka tidak apa-apa, tidak berdosa. Hukum aqiqah adalah sunnah mu’akkadah, yaitu sunnah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah. Aqiqah dilaksanakan sebagai bentuk syukur kepada Allah atas ni’mat diberikannya seorang anak, membantu orang-orang yang membutuhkan serta menyenangkan hati keluarga.

4. Membantu Anak untuk Berbakti Kepada Orang Tua

Membantu anak agar menjadi anak yang berbakti dan taat kepadanya, dengan cara mendidik mereka dengan baik, bergaul dengan baik, memberi contoh dan teladan yang baik.
Rasulullah bersabda:

Allah merahmati setiap orang tua yang membantu anaknya untuk berbakti kepadanya.

Hadits tersebut menjelaskan bahwa berbakti dan tidaknya seorang anak adalah tergantung orang tuanya. Apakah ia mengajarkan anaknya untuk berbakti atau tidak. Karena itu jika terdapat anak yang tak bisa berbakti, maka itu adalah kesalahan dari orang tuanya.

Baca Juga: Urutan Doa Orang Tua agar Anak Berbakti

5. Berbelas kasih dan menyayangi anaknya dengan lembut

Diceritakan dalam satu hadits, suatu ketika sayyidina Hasan datang kepada Rasulullah, kemudian beliau mencium pipi sayyidina Hasan. Kemudian Al-aqro’ bin Habis berkata: sesungguhnya aku memiliki 10 anak, tapi aku tak pernah mencium satupun dari mereka. Rasulullah pun menimpali ucapan Al-aqro’: sesungguhnya orang yang tak bisa menyayangi maka tak akan disayangi.

HR BUKHORI

Dalam hadits lain beliau bersabda: tidaklah termasuk ummatku yang sempurna orang-orang yang tak bisa menyayangi anak-anak kecil dan menghormati orang yang lebih besar.

Karena itu hendaknya orang tua menyayangi dan mengasihi anaknya serta menampakkan kasih sayangnya. Dengan cara menciumnya, memeluknya, mengajaknya bermain sesuai anjuran Rasulullah:

Barang siapa yg memiliki anak kecil maka hendaklah ia berpura-pura menjadi anak kecil. Misalkan mengajak anak bermain kuda-kudaan, bermain petak umpet,menyanyi dan lain-lain. Disana pula banyak sekali hadits yg menceritakan bahwa Rasulullah menyukai anak-anak kecil, menyayanginya dan mengajaknya bermain.

6. Memerintahkan Shalat

Memerintahkan anak shalat dimulai sejak umur 7 tahun, untuk mengenalkan dan membuatnya senang pada shalat sehingga tidak mudah meninggalkan shalat. Cara yang mudah mengajari anak shalat adalah dengan mengajak mereka, bukan memerintah. Mengajak mereka tentunya dengan keikutsertaan orang tua dalam shalat. Jika ingin anak mudah diajari shalat maka orang tua harus memberi teladan dengan selalu menjalankan shalat. Lalu mulai memukul anak di usia 10 tahun saat mereka tidak mau shalat. Bukan pukulan yang menyakitkan, bisa dengan menepuk agak keras, hal ini dilakukan untuk memberi pengertian pada anak bahwa shalat tidak boleh ditinggalkan. Juga agar anak tidak terbiasa meninggalkan shalat.

7. Memisahkan tempat tidur mereka di usia 10 tahun

Baik bagi anak laki-laki dan perempuan, maupun anak laki-laki dan anak laki-laki, juga anak perempuan dan anak perempuan. Tak boleh lagi tidur dalam 1 tempat tidur.

8. Memperhatikan cara didik, pola asuh dan pengajaran terhadap anak.

Allah berfirman:


{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ قُوۤا۟ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِیكُمۡ نَارࣰا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ }
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu

[SURAT AT-TAHRIM: 6]

Rasulullah bersabda: tidaklah orang tua memberi hal terbaik untuk anaknya yang lebih utama dibanding mendidiknya dengan tatakrama yang santun.
Sayyidina Aly bin Abi Thalib berkata: ajarilah anak-anakmu dan sucikan mereka dengan didikan yang bagus.
Sayyidina Hasan bin Aly bin Abi Thalib berkata: perintahkan ketaatan pada anak-anakmu dan ajarilah mereka kebaikan.

Baca Juga: Cara Mendidik Anak ala Rasulullah

9. Lebih memperhatikan anak perempuan

Lebih memperhatikan anak perempuan dalam mengajarkan mereka untuk bersikap tenang, berakhlaqul karimah, memiliki rasa malu, menjaga kehormatan mereka dan tidak mementingkan kemewahan. Karena sesungguhnya kemuliaan orang tua dan nama baik mereka terletak pada anak perempuannya yang terdidik dengan baik.

Beberapa hadits menjelaskan bahwa anak perempuan bisa menjadi jalan menuju surga, pula bisa menjadi pintu api neraka. Tergantung bagaimana orang tua mendidik mereka.

10. Mengajarkan Kasih Sayang antar Saudara

Mengajarkan saling berkasih sayang antar saudara dan berbuat adil di antara mereka, sehingga tak ada rasa iri benci di antara anak-anaknya.

Dari Anas bin Malik. Sesungguhnya seorang lelaki tengah duduk bersama Rasulullah, kemudian anak laki-laki nya datang, ia mencium anaknya dan memangkunya. Lalu datanglah anak perempuannya dan ia menyuruhnya duduk di sampingnya. Rasulullah pun bersabda: kamu tak berbuat adil antara mereka berdua.

HR BAIHAQI

11. Tidak mendoakan buruk pada anaknya

Karena mendoakan buruk terhadap anak sangatlah berbahaya, sebab doa-doa itu akan terkabul dengan cepat.

Rasulullah telah melarang para orang tua mendoakan buruk kepada anaknya, beliau bersabda: janganlah kalian mendoakan diri kalian sendiri dg keburukan, jangan doakan anak kalian dengan hal buruk, jangan doakan pembantu kalian dengan hal buruk dan jangan doakan harta kalian dg hal buruk. Jangan sampai kalian menepati saat-saat tertentu dimana Allah pasti akan mengabulkan orang yg meminta kepadanya.

HR MUSLIM

Dikisahkan seseorang datang kepada imam Abdullah bin Mubarok seraya mengeluh tentang beberapa anaknya. Sang imam bertanya: apa kamu mendoakan hal buruk padanya? Orang itu menjawab: ya. Imam berkata: kamulah orang yang merusak anakmu itu.

Maka selalulah ingat kepada Allah, jangan sampai mendoakan hal-hal buruk kepada anak. Jagalah ucapan, jangan gampang mengecam anak, melabelinya nakal apalagi sakit hati kepada anak.

***

Itulah hal-hal yang wajib diketahui oleh orang tua tentang menjadi orang tua, tentang yang dibutuhkan anaknya.

Semoga anak kita dapat memberikan manfaat bagi kita di dunia dan akhirat, menjadi penyambung umur kita yg senantiasa mendoakan kita.

Wallahu a’lam

Sumber: kitab Adabul Islam fi Nizhomil Usroh, karya Prof. Dr. Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliki Al-Hasany (nawwarallahu dharihahu wa nafa’ana bihi wa bi ‘ulumihi fiddini waddunya wal akhirah)