Aku tidak tahu mengapa rinduku kepada Jogja kian membuncah. Rasanya setiap hari setiap bertambah saja berat badan kerinduan ini. Padahal! Aku tidak pernah merajut kisah asmara di sana. Apa sih yang membuatku sangat merindukan Jogja?
Ketika di Jogja, tempat favoritku nongkrong adalah di kafe Basabasi. Entah itu yang di Sorowajan atau Condongcatur. Wedang uwuhnya sangat menggugah selera. Wedang jahe gepreknya juga tak kalah istimewa. Tapi, masak iya aku merindukan Jogja hanya karena ingin wifi gratisan itu?
Aku tak pernah menginap lama di Jogja. Seingatku, aku paling lama di sana lima hari-an. Itu pun jadwalnya sangat padat. Tidak bisa menikmati keindahan alam maupun gadisnya budayanya.
Pernah sih, aku dekat dengan seorang ehem di sana. Tapi ya sekedar dekat saja. Gak pernah sampai pacaran. Gimana mau pacaran coba? Baru ketemu sekali saja dia udah jaga jarak, kok. “gamang” katanya. Btw apa sih artinya gamang? Sampai sekarang aku tidak mengetahuinya. Seharusnya kisah ini membuatku tak lagi mau merindukan Jogja, bukan?
Barangkali dengan menulis kisah demi kisah selama menjejakkan kaki di Jogja bisa mengurai rahasia dibalik istri ngomel kerinduan ini.