[dropcap]S[/dropcap]alatiga adalah kota kecil yang indah dan tidak membosankan untuk dikunjungi. Selama hampir tiga tahun di Salatiga dan seringkali berkeliling kota tidak membuatku merasa bosan. Ada saja yang membuat kangen. Entah wisata kulinernya, pemandangan-pemandangan yang indah, keunikan masyarakatnya, ataupun tempat-tempat bersejarah yang ada di sana. Aku seringkali berkunjung ke satu tempat di Salatiga hanya untuk bersantai. Salah satu tempat favorit untuk bersantai itu adalah alun-alun Pancasila yang berada di pusat kota.
Lokasi alun-alun Pancasila yang dapat ditempuh kurang lebih 14 menit dari rumah membuatku sering-sering berkunjung ke tempat itu. Terkadang hanya memesan es degan saja hanya untuk pinjam tempat duduk sambil menikmati udara. Terkadang malah gak memesan apa-apa dan hanya duduk di tempat duduk yang telah di sediakan di beberapa sudut alun-alun. Tampilan 3D alun-alun Pancasila bisa dilihat melalui Google Maps yang aku sematkan di bawah ini:
Tampilan streetview yang disajikan oleh Google diambil pada tahun 2017 dan saat keadaan alun-alun lumayan sepi. Berdasar basang-bayang pohon yang ada di dekat monumen Pancasila bisa diketahui bahwa pengambilan gambar oleh Google dilakukan pada pagi hari seingga para pedagang kaki lima (PKL) belum menggelar lapaknya masing-masing. Biasanya, menjelang ashar, lapangan Pancasila itu sudah dikelilingi oleh PKL. Terlebih lagi pada sabtu sore atau menjelang hari libur.
Salah satu keunikan alun-alun Pancasila yang membuatku kagum adalah letaknya diapit oleh sebuah masjid dan sebuah gereja. Di sebelah barat alun-alun terdapat sebuah masjid milik pemkot bernama Darul Amal yang pengelolaannya dibantu oleh sivitas akademika IAIN Salatiga sedangkan di sebelah timur terdapat sebuah Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU) Jemaat Salatiga. Di bawah ini adalah sebuah foto yang menunjukkan keindahan masjid pada sore hari dilihat dari alun-alun Pancasila dipublikasikan oleh Clovergraph Graphicdesign.
Di alun-alun Pancasila, kita bisa bersantai bersama keluarga. Ketika anak-anak asyik bermain aneka permainan anak, kita bisa mengobrol dengan pasangan untuk mengisi quality time. Banyak macam permainan yang bisa dilakukan di sini mulai dari yang gratisan seperti main sepak bola, bulu tangkis, volley, dan lain sebagainya sampai yang menggunakan alat berbayar seperti skuter, mobil [kamus kata=’kayuh’] , dan lain sebagainya.
Makanan maupun minuman yang dijual oleh PKL yang ada di alun-alun Pancasila cukup bervareasi. Mulai dari makanan ringan sampai makanan berat ada. Pun demikian dengan minuman ada aneka juz, es campur, sup buah, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pengalamanku selama mengunjungi alun-alun Pancasila berkali-kali, ada beberapa kekurangan yang aku rasakan saat bersantai di sana. Diantaranya adalah:
- Terlalu banyak pengamen atau pengemis yang datang silih berganti. Ada pengamen yang galak kalau uang yang diberikan padanya dirasa kurang. Pernah suatu hari, ketika ada pengamen, aku mengambil uang dari tas, saat itu ada uang yang terjatuh dan langsung disambar oleh salah satu dari mereka. Aku tidak tahu berapa nominalnya hanya saja perlakuan itu membuat moodku jelek.
- Ada sebagian PKL yang kurang menjaga kebersihan atau menjaga [kamus kata=’etika’] . Disamping itu, ada PKL yang mematok harga terlalu tinggi.
Selain kedua hal itu, rasanya alun-alun Pancasila sudah cukup bagus. Kebersihannya terjamin dan suasananya menyenangkan.